Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2018

Ulang Tahun

Apa yang terbayang di kepala Anda kalau mendengar kata ULANG TAHUN? Yup... pasti tidak jauh-jauh dari yang namanya kado, usia bertambah, dan makan-makan. Setuju? Tetapi apakah hanya sebatas itu saja makna dari ulang tahun? Waktu saya masih kecil, apabila ada anggota keluarga yang berulang tahun, bisa dipastikan hari itu akan tersaji menu makanan yang istimewa. Telur rebus berwarna merah, misoa [mian sian], tahu isi daging, kacang polong 'maling', dan tidak ketinggalan ayam goreng adalah menu wajib. Mungkin ada yang bertanya, kenapa ayam goreng digolongkan sebagai menu istimewa? Yup. Karena waktu saya masih kecil, yang namanya makan ayam adalah sangat jarang. Tidak seperti sekarang -terutama di kota-kota besar- menu ayam ada di mana-mana dan disajikan dengan berbagai macam ramuan yang mengundang selera. Di Pemangkat –kota kelahiran saya- hanya saat ada momen tertentu saja kita makan ayam, dan salah satunya adalah ulang tahun :) Selain makanan, satu hidangan yang harus

Tolong... Emosi Saya Dibajak

Kisah ini terjadi waktu saya masih usia SD. Saya punya seorang adik yang nakal sekali. Nakalnya terutama dalam hal mainan, soalnya setiap kali saya punya mainan baru, pasti dia rusakin. Sebagai seorang kakak, saya yang sering diminta untuk mengalah, meskipun dalam hati tidak rela. Suatu hari, sepulang dari pasar malam, saya dibelikan mainan berupa kapal-kapalan oleh ayah saya. Sebagai anak kecil, tentunya saya senang sekali. Karena hari sudah malam, jadi saya baru bisa memainkan kapal-kapalan tersebut keesokan harinya. Pagi-pagi saat saya terbangun, hal pertama yang saya lakukan adalah mencari mainan baru saya. Namun saya tetap tidak bisa memainkannya karena saya harus berangkat sekolah. Sebelum berangkat, saya wanti-wanti adik saya untuk tidak menyentuh sama sekali mainan baru saya. Sepanjang hari selama di sekolah, saya tidak bisa konsen karena membayangkan betapa menyenangkan dan gembiranya saya bermain dengan mainan baru saya. Wajar saja ya kalau mengingat bagai

505 Game: Dinamika Kelompok, Aktivitas Luar dan Dalam Ruang untuk Membangun dan Membentuk Tim yang Solid

Secara natur (alamiah), manusia adalah mahluk bermain. Begitulah diungkapkan Johan Huizinga dalam bukunya yang berjudul “Homo Ludens” atau “Man the Player” di tahun 1938. Menurutnya, bermain adalah penting dan perlu bagi peradaban manusia. Untuk membuktikan teorinya, Johan Huizinga mengajak kita melihat pada anak-anak. Sepanjang hari, dari mata mulai melek (terbuka) saat bangun tidur sampai mata terpejam saat tidur, kegiatan dominan yang dilakukan oleh anak-anak adalah bermain. Pada saat hendak atau sedang mandi, mereka menyisipkan kegiatan bermain. Demikian pula saat berpakaian, ada selingan bermain. Saat makan? Ya sambil bermain. Hingga saat ‘pup’ pun sering kali diselingi dengan aktivitas bermain. Sayangnya natur ini secara perlahan namun pasti, kian terkikis seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Jadi, tidak heran bila kita jarang melihat orang dewasa bermain layaknya anak-anak. Beberapa hal yang sering kali diungkapkan sebagai alasan: – orang dewasa

Introvert yang Memberontak

“Hen, kamu pilih mana. Lembur sampai jam 11 malam atau pergi meeting dengan klien?” Seandainya pertanyaan di atas dilontarkan 8 tahun yang lalu, saya pasti memilih untuk lembur. Tetapi kalau dilontarkan detik ini juga, dengan mantap saya akan memilih meeting dengan klien. Kenapa bisa begitu? Aku adalah seorang introvert yang cenderung ekstrim. Jejak hidupku menceritakan hal tersebut. Waktu SMA aku mengambil jurusan A1 (Fisika) yang notebene banyak hitungan. Masuk kuliah, aku ambil komputer. Pekerjaan pertama? Tidak jauh-jauh. Dengan alasan idealis, aku menekuni pekerjaan yang berhubungan dengan komputer seperti programming, system, trouble shooter, dll. Bisa dikatakan, aku sangat menikmati percumbuanku dengan ‘mesin’. Keseharianku juga mengisahkan hal yang sama. Aku lebih suka mengurung diri di kamar dari pada berha-hi-ha-hi dengan banyak orang. Ketika diajak untuk ikut kegiatan-kegiatan yang mengharuskan aku berinteraksi dengan banyak orang, aku cenderung menolak. Aku aman